Senin, 31 Desember 2012

Cinta Pergi Kemana?


Sebenarnya apa yang mereka cari
Kehidupan itu memang seperti ini
Ada kalanya bertentangan
Ada kalanya sejalan

Mereka berdua kenapa?
Dengan seenaknya terpisah
Semudah itukah?
Mengapa tak berdiskusi?
Berbicara atas nama sebentuk pengertian
Apakah tak ada jalan lain?
Seakan janji itu tak bermakna?
Dimana sebentuk komitmen?
Arah tujuan dari perjalanan
Haruskah anak kecil itu menjadi korban?
Cinta pergi kemana?

Kudengar orang-orang dengan ramai berbicara tentang perpisahan
Dari orang-orang yang tak seharusnya menjelaskan kehidupan orang lain
Kulihat orang-orang menikah dan tak lama kemudian pisah
Lalu yang lainnya sibuk bercerita tentang perpisahan

Sabtu, 29 Desember 2012

Sebatang Bunga Di Tepian Jalan


Aku melihat sebatang bunga dipinggir jalan
Bunganya layu tak bermekaran
Seakan terpisahkan dari kumpulan
Sendiri di tepi jalan

Aku mendekat lalu menyentuh
Keadaannya yang layu dan rapuh
Berelegi sendiri
Mendekap kesunyian yang sepi

Aku dengar suara-suara
Merintih dan berair mata

Aku dengar suara itu berbisik
Kekosongan menggema melentik
Membaur segenap asa menjerit
Dalam hati yang terluka, sakit

Ku simpan sebantang bunga itu di halaman
Tempat dimana rumah adalah kehidupan
Kuberi sedikit air agar berkembang
Seperti yang lainnya, mampu merentang

Aku harapanku
Inginku melihatnya tak layu
Menjadi dirinmu seperti yang engkau mau
Meninggi seusai sendu
Pilu berakhir tibalah senyum, merayu
Sebentuk harapan baru membelenggu

Disini aku, harapanku
Itu saja keinginanku

Jumat, 28 Desember 2012

Literatur

Ceritakanlah apa yang ingin kau ceritakan
Aku akan mendengarkan
Ceritakanlah, biarkan jiwamu melepaskan
Aku disini dihadapan

Tuangkanlah apa yang ada dalam benakmu
Dengan kesederhanaan bahasamu
Tak selamanya dirimu mampu menyimpan
Ada kalanya dirimu akan berbagi dan menyampaikan

Bila cerita itu menyenangkan
Maka dirimu membawaku seperti awan
Yang begitu hampa dan ringan
Seperti nyanyian
Berirama dalam alunan

Bila cerita itu adalah kesedihan
Maka separuh beban itu sedikit berkurang
Meskipun jawabannya tidak padaku
Setidaknya aku berbagi beban denganmu
Merasakan hujan lalu kebasahan
Menjadi dingin yang berkedinginan

Ceritakanlah kembali ketika hari esok
Apa saja yang ingin kau ceritakan
Bila aku ada waktu aku akan mendengarkan
Bila aku mampu akan ku berikan jawaban

Kamis, 25 Oktober 2012

Menghancurkan Pagi


Di depan cermin itu,
Lihatlah dirimu
Terlihat lelah dan kedua mata yang tak bisa berbohong
Namun dirimu harus bangun
Meneruskan perjalannan yang masih panjang
Hey… Ini baru awal
Lewatilah sebentuk proses
Genggamlah literature
Dan berjalanlah
Bngunlah…

Bangunlah…
Angkat tubuhmu lalu begerak
Lihat dibelakangmu
atau sedikit orang yang benar-banar peduli terhadapmu
Apakah dirimu akan mengecewakan mereka?
Ingat, mereka peduli terhadapmu
Yang tak ingin melihatmu rapuh

Berjalanlah dan jangan berhenti
Melawan dunia di pagi hari
Hingga di penghujung malam menanti

Suara teriakan itu untukmu
Agar berdiri lebih tegar
Setegar dirimu yang istimewa
Yang berbeda dari mereka
Dirimu adalah dirimu
Yang berprinsip dan berjuang

Sabtu, 20 Oktober 2012

Meneruskan Perjalanan


Lama Menanti, separuh waktu mencari
Sebentuk keinginan berjejal di kepala ini
Ceritaku di antara perdebatan panjang
Menghimpun energi di antara waktu-waktu yang hilang

Lama Menanti, kini berdiri
Mereka sudah berjalan, ketepian

Berdiriku untuk memulainya kembali
Berjalanku meneruskan perjalannan ini
Yang sempat tertunda dan terhenti

Menjadi awan, meringankan tubuh
Letih berteman, menjaga harapan tumbuh
Di antara gelombang yang berirama
Walau kehidupan yang tak sama

Jangan kabur semangat itu…
Yang tak pernah mengeluh
Menjadi kuat karena tak layu
Langkahku yang menapak dan tertuju

Jangan menjauh rasa keinginan itu
Mendekaplah kepadaku
Walau diriku tak bertumpu

Di persimpangan jalanku
Aku ingin meneruskan perjalananku


Bandung, 3 September 2012

Jumat, 31 Agustus 2012

Sistem, Kembalilah Benar


Lalu, apalagi yang harus aku lakukan
Ketika sebuah sistem ini tak berkawan
Ingin rasanya menghancurkan

Lantas, apalagi yang harus ku tunggu
Ketika sistem ini perlahan mengganggu
Menjadi rusak
Mencoba menghentikan pikiranku

Pada siapa lagi aku bertanya
Siapa orang yang dapat membenarkannya
Ketika aku telah berjumpa dengan orang-orang banyaknya
Lalu tak banyak berkata

Kemana sebuah pembenaran
Dimana engkau bersembunyi
Disini aku mencari
Disana orang-orang menanti

Permohonan Maaf



Maafkanlah aku, kesalahan ini
Kalian yang begitu baik untukku, disini
Berbalas dariku rasa tak tau malu, sendiri
Atas waktu-waktu berlalu tanpaku, berdiri
Kemudian pergi semauku, berlari

Sedikit menuai keindahan dari kekosongan
Atas mereka yang bekerja di keramaian
Ku ambil sedikitnya demi kehidupan
Maafkanlah aku, maafkanlah kehidupan

Dariku hanya ingin memeluk
Sebentuk rindu yang semakin merayu
Dari jarak dan waktu
Dan tak ingin terpisah lagi

Maafkanlah aku…
Maafkanlah kesalahanku…
Aku akan pergi
Diriku berlalu

Hidup tak lagi harus memendam
Belenggu hati yang berbisik memanggil

Sekali lagi
Maafkanlah aku…

Minggu, 29 Juli 2012

Aku Ingin Sebuah Pertemuan


Hari ini, entah mengapa aku merindukan masa lalu
Serasa aku ingin kembali lagi ke masa itu
Berlabu pada hangatnya suasana kemarin sore
Sebuah memori yang selalu tersimpan dalam ingatan

Aku ingin bercerita kembali bersama kalian teman
Menceritakan kembali waktu terbaik kita
Mendengar tawa-tawa yang lepas tanpa sandiwara
Bersama mengulang kisah klasik dalam cerita

Hari ini aku ingin menyapa kalian semua
Berbicara dan berteriak tentang kebebasan di masa muda
Melihat kembali wajah-wajah yang akan beranjak dewasa
Yang bercerita tentang kehidupan masa muda

Aku ingin sebuah pertemuan teman
Dimana saja asalkan sederhana
Duduk bersama dalam satu meja
Melepas kerinduan dan menyimpan kehidupan, sejenak

Aku ingin bertemu kalian semua teman...
Sebelum semuanya perlahan memudar dan menghilang
Selagi masih ada kesempatan untuk sebuah pertemuan
Dan aku menunggu kalian di tempat yang kita telah tentukan

Jumat, 29 Juni 2012

Untuk Seorang Kakak Perempuan


Sudahlah… Hentikan kisah ini
Dan biarkan hujan turun dalam kesedihanmu
Menetes di atas tanah yang menjadi basah
Lalu mengering menjadi debu pasir
Yang terbang tertiup angin

Biarkanlah… Ceritamu menjadi bersemi dalam sejarah
Ada keindahan yang tertuai oleh tamah ramah
Ada rasa sesal yang terpecah menjadi amarah
Sebentuk cinta yang retak, lalu terbelah

Karena langkahmu harus menjadi berarti
Menuju terang dan jangan berhenti
Kedua anak permepuan itu harus menari
Di keindahan yang menjadikannya bersemi

Tenangilah hati seringan awan
Di hari kemarin kakak perempuan berjalan sendirian
Melawan gelap di kehidupan
Melihat pagi di kesepian
Namun berakhir di peraduan

Di jalan yang sama berjalan kembali
Merangkai, menyusun kembali
Di perjalanan tersungkur lagi
Rasa sesal bertebaran menjadi api

Harus sampai kapan?
Seperti ini dalam kehidupan
Suara-suara sebelumnya berkata tak pelan
Beberapa nama berperan sebagai teman

Dariku, dari mereka, sebentuk pengharapan
Atas nama cinta yang terabaikan
Tiga langkah kecil kaki perempuan
Berlari meninggalkan kelam kehidupan

***

Namun…
Menyusun tembok yang telah retak pun masih bisa
Tembok yang retak, pecah, terbelah, seperti kaca
Menyusunnya kembali seperti semula
Merapihkannya kembali seperti seharusnya
Sepasang tangan mengambil air, untuk cuci muka
Masih ada cara untuk ini semua

Terkadang aku lihat sisi lain
Yang ingin mendekap, ingin menjalin
Air mata surga pun mulai mengering
Kehidupan itu berawal di hari Senin

Untuk seorang kakak perempuan disana
Memilih diam atau pergi rasanya tak sulit
Ketika hati kecil berbicara
Menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang ada 

Dirimu Adalah Cermin


Tentang malam yang masih saja ada
Merayu di antara gerimis hujan yang tak reda
Tak menghilang dan pagi pun tak datang juga
Hati yang selalu bertanya-tanya

Sebentuk rasa syukur masih terucap
Berterbangan di langit luas
Sebentuk kebaikkan masih ada
Di udara yang berkembang dimana-mana

Sepasang tangan masih terbuka
Menggenggam jemari mereka yang jatuh
Masih saja tubuh tegar berdiri
Walaupun letih itu mengganggu

Dan sebentuk cermin memancarkan cahaya
Terang dan menerangkan
Di antara gelap yang menjadi hangat
Merayu di antara kedinginan
Memikul beban bersama beriringan
Menjadi penopang ke ketinggian
Dan gunung pun terlihat hijau
Karena pepohonan yang tumbuh dengan daun

Tetaplah menjadi cermin untuk mereka
Karena cahaya itu membuka sebuah penglihatan
Hitam menjadi putih, putih yang berkembang
Berbicara dalam bahasa sederhana

Cinta Menyatu Dan Tak Bersatu


Mengapa ceritamu seperti ini?
Ku dapati engkau menari di keindahanmu
Namun esok menjadi murung, layu
Entah apa yang ada dibenakmu
Cinta menyatu dan tak bersatu

Beberapa teman yang kau kenal bercerita
Berjalanlah tanpa dia
Menghilanglah entah kemana
Atau terbang berkelana
Kebahagiaan itu nyata ketika bertiga

Ada apa dengan dirimu?
Perempuan baik yang terlihat rapuh
Berjalan di malam hari, menangis sendu
Gelisah dan hati ingin mengadu

Ceritamu semu
Beberapa nama telah menjelaskan seperti itu
Namun masih bertahan di tempatmu
Bimbang di antara pikiran-pikiranmu
Bertahan untuk dua anak kecilmu

Berdirilah tegar perempuan baik
Tenangilah dirimu lalu menuju terang terik
Buka mata lalu berjalanlah sedikit
Di berandamu tak akan menjadi sempit
Ceriakan hatimu seperti harum bunga
Menjadi berseri karena telah terjaga
Pagi hari yang bersinar hingga dipenghujung senja
Dan malam pun berlalu seperti apa adanya

Kau Berbicara Kemudian Bercerita


Dan maafkan aku ketika aku hanya terdiam
Aku tak berkata namun ingin memahami
Dan maafkan aku ketika aku hanya mendengar
Aku tak bersuara namun ingin merasa
Dan maafkan aku ketika aku hanya tersenyum
Aku hanya ingin mencoba berpikir tentang semua ini
Dirimu yang berbicara tentang sesuatu
Mendekatkan diri untuk sekedar bercerita

Aku membiarkan segala sesuatunya bermekaran
Di ladang hati yang tak pernah menjadi sempit
Menjerit, lalu berteriak
Atau diam, lalu merintih

Sesekali berkata
Namun akhirnya diam juga
Oh… sulit sekali mengambil keputusan
Pikiran ragu, bimbang antara dua jawaban
Entahlah… aku pun sedang menggambar
Melukis dalam khayalan dari cerita kehidupan
Aku ini sungai, yang mengalir diperairan
Masih perlu menyelam dan tenggelam

Dan maafkanlah aku, jiwaku
Terlihat angkuh karena tak selalu menyapa
Ada yang terjatuh, ingin sekali menyangga
Walau tak peduli tentang sebuah rasa

Senin, 05 Maret 2012

Berjalan Bertiga



Mengapa tak meninggalkan dia sendirian?
Membebaskan dirimu dari kegelisahan
Dan dua orang lainnya tetap terjaga dalam kebebasan
Kau dan mereka harus melompat ke ketinggian

Cukuplah waktu kemarin, kesiasiaan
Kesetianmu itu bertepuk sebelah tangan
Dari pengertian yang tak kunjung datang
Dari harapan yang selalu melayang-layang

Dan permintaan maaf pun tak bermakna
Rasa sakitmu bertebaran di beranda
Sudah waktunya membuka mata
Lalu berjalanlah bertiga

Nan jauh disana, untukmu
Masih ada mereka yang berdoa

Memperhatikanmu, ketika lelahmu
Menjaga serpihan harapan disaat senja

Tak perlu menunggu apapun lagi
Tak usah berpaling
Tak perlu merasa sepi
Karena mereka ada dibelakangmu, menemani
Cerah hari masih terlihat seperti pelangi
Setia menunggu dan menanti

Minggu, 04 Maret 2012

Anak Kecil



Aku tak melihat ayah dan bunda
Mereka pergi untuk diriku melawan dunia
Melewati hutan berhenti di sungai ketika senja
Berdoa untukku di keheningan malam menjelma

Aku disini bersama kakek, nenek, dan kedua sepupuku
Terlihat ramai oleh mereka, namun tak menghilang rasa sepiku
Kesepian akan kebersamaan ayah dan bundaku
Kesepianku yang selalu bertanya di kepalaku
“Cepatlah pulang ayah, bunda, aku rindu?”
Kerinduan yang selalu dekat dibenakku
Dan aku selalu berdoa dengan harapan membelenggu
“Aku ingin bersama mereka Tuhan dan tak ingin terpisah lagi”, permohonanku

Bermain di sore hari begitu menyenangkan namun mengganggu
Ketika Bunda dan ayah mereka berbicara merdu
“Sudah hampir malam, mari pulang anakku?”
Kedua mata dan telinga ini tak kuasa dengan semua itu

Dan malam-malam pun berlalu seperti biasa
Di sudut kamar kecilku aku berbaring, menunggu terpejamnya mata
Membayangkan lalu memimpikan ayah dan bunda
Berkata dalam gelap, semoga esok aku bisa bertemu mereka

Ketika waktu itu tiba, dan mereka pulang membawa sesuatu
Memelukku seraya berkata, “anakku apa kabarmu?”
Aku mendekap dan menjawab dengan rasa kegiranganku
Serayaku berkata pada-Nya “Jangan pisahkan lagi aku dengan mereka Tuhan”,
Aku memohon

Dan waktu-waktu indah itu berlalu begitu cepat
Secepat ketinggian menuju kerendahan yang tak melambat
Dan permohonan-permohonanku kepada Tuhan semakin menguat
Terjaga tetesan air mata untuk kerinduan hati yang begitu melekat


Aku Dan Kesendirian


Tentang aku dan kehidupan
Bergerak, berjalan, berlari dari kehidupan ke kehidupan
Melihat, mendengar, merasakan perjalanan
Merindu, terdiam, dan berbicara dalam pikiran

Kehidupan adalah kehidupan
Kita mencari di tengah keramaian
Kita bersembunyi di sudut kegelapan
Air sungai mengalir melawati terang menuju kehampaan

Dan biarkan aku sejenak dengan kesendirian
Yang berbicara adalah hati dan pikiran
Yang merasa adalah jiwa yang tenang
Membiarkan semua ini berbisik, melantunkan

Kesendirian itu sepi
Menjadikannya dingin dan berkedinginan
Sesepi belantara hutan diantara pepohonan
Sedingin embun yang menetes di dedaunan

Dan biarkan aku sejenak dengan kesendirian ini
Tak ada siapa-siapa tak berarti tak ada kehidupan
Tak ada yang memegang tanganku
Dan aku hidup dalam kebebasanku


Senin, 27 Februari 2012

12 Februari 2012

Selamat siang pa, selamat berulang tahun, semoga tidurmu nyenyak disana. Aku berdiri dihadapan pusaramu, aku ingin bercerita sejenak disini denganmu. Dengarkanlah aku pa.

Kini aku telah beranjak dewasa, bukan anak kecil lagi yang membangkang kepada orang tua. Lihat, tubuhku tumbuh besar dan tinggi, mungkin bila papa masih hidup aku akan sama besarnya denganmu. Dan aku kini berjalan di kehidupan yang memilukan ini. Tanpa tiang aku berdiri tertiup angin dan melawan, hanya dengan mama dan adik perempuan aku berjalan perlahan meneruskan perjalanan yang tak boleh berhenti terkecuali waktu yang memanggil, lewat mata yang berfungsi melihat aku dapat merasakan keprihatinan yang papah ajarkan kepadaku, dan aku dapat melihat dengan jelas semuanya yang berada di depanku lalu melintasi pikiran mengelilinginya dan mengunjungi ruang hati lalu begejolak kemudian berbicara.

Hai lelaki hebat untukku yang tak pernah diam, yang selalu terbangun di malam hari lalu menuliskan sesuatu di atas kertas putih, yang berkata tak pelan dan memberikan penjelasan tentang sebuah makna, yang harus pergi meninggalkanku ketika berumur sebelas tahun. Sungguh aku merindukanmu di masa keremajaanku kemarin. Di saat semuanya berjalan berdampingan dengan ayah mereka dan aku hanya di temani oleh mama. Aku ingin dirimu ketika itu hingga kini namun takdir itu tak bisa diubah dan aku berjalan bertiga. Aku hanya bisa mengenangmu lewat cerita-cerita dari mama dan adik-adikmu hingga kini. Aku merindukanmu pa…

Lihatlah aku sejenak. Anak kecil yang kemarin pembangkang bersipu malu dihadapanmu yang tertidur selamanya. Dengarkan aku berjanji di tempat peristirahatanmu. Aku akan meneruskan perjalananmu, aku akan menjadi seperti apa yang engkau inginkan meskipun jalannya berbeda, dan aku akan memperjuangkan semuannya demi kedua perempuan di belakangku. Diriku berjanji dihadapanmu seraya menaburkan bunga dan menyirami air di makammu agar terlihat segar dan tak kering. Biarlah aku melewati proses dan mencari literature dalam kehidupan agar terasa berwarna. Dan aku berjalan sepertimu di waktu dulu.

Tidurlah yang nyenyak pah, doa ku menyertaimu. Bermimpilah yang indah dan tetaplah berbisik kepadaku lewat ingatan-ingatan di masa lalu itu. 

Rabu, 11 Januari 2012

Dan Tinggalkanlah Ini Untuk Sebuah Kerinduan


Jika harus meninggalkan semua ini, tinggalkanlah...
Bila harus mendekap kerinduan itu, mendekaplah...
Dan semua ini tentang kehidupan yang berjalan
Gerak langkahmu menari menuju apa yang kau inginkan

Sesosok bidadari menebarkan sayapnya karena ingin terbang
Menuju entah apa namanya namun menyenangkan
Mencari keseimbangan dengan tubuh yang kelelahan
Mencuri waktu untuk sebuah kerinduan

Sebatang mawar terlihat mekar dan telah terbuka
Sang mawar menghirup udara dan sudah mulai merasa
kelopak bunga dan tangkainya ingin kau sentuh mesra
ingin engkau menghirup wanginya sang mawar seraya menjaga

Dan sebuah pohon harus selalu tegar berdiri kerena ingin tumbuh
Walaupun merasakan angin yang dihembuskan jauh
Menghirup udara untuk bernafas
Menjatuhkan buah-buah yang manis ditaman dan tak ingin terlepas

Dan tinggalkanlah ini untuk sebuah kerinduan
Berjalan dari kehidupan ke kehidupan
Bunda berlari untuk seorang perempuan
Seperti biduan yang bersuara melawan kegelapan

Minggu, 08 Januari 2012

Perempuan Itu Berjalan


Seorang perempuan berjalan
Dibawanya beban berat kehidupan
Pergi jauh meninggalkan anak tersayang
Bunda terbaring dalam ketiadaan
Yang lainnya melawan dunia dan kehidupan
Anak kecil berdoa dalam keheningan
Bunda tersadar, air mata membalut kegelisahan
Roda berputar untuk kehidupan
Keadaan kemarin adalah sebuah bagian

Hati berlinangan air mata ketika bercerita
Ada kerinduan ketika menyapa
Dan senyuman itu tetap ada dan nyata
Seperti menyelimuti gelap ketika bercahaya
Terlukis jelas di wajahnya yang berbicara
Senja ada untuk merasa
Malam tiba lalu meminta
Pagi terbuka mencari harapan yang tersisa

Kali ini aku melihat lagi perempuan seperti ini
Mencoba berdiri menentang hari
Yang tegak tapi mengulurkan kedua tangan dan jemari
Yang berharap terang dikemudian hari

Menarilah bila harus menari
Jangan menunduk tetapi bernyanyi
Tanamkanlah apa yang perlu ditanamkan dihari ini
Perjuangkan apa yang harus diperjuangkan dihari nanti
Harapan itu belum menutup pintunya disini
Berjalanlah dalam perjalanan yang kita tidak ketahui

Tentang Kemarin (Dan Hal Yang Menyenangkan Perlahan Memudar)


Ada hari yang biru
Ketika semua tawa itu menjadi satu
Ada hari yang kelabu
Disaat semua tekanan beradu
Ada bunga yang bermekaran di taman
Lalu dipetik oleh sang kumbang dan bersemi
Ada semut-semut kecil didinding yang berjajar
Menjadi setia untuk saling mengisi, dan berarti
Ada yang retak lalu terpisahkan
Ada keramaian ditengah kekosongan
Cahaya merah menyala untuk menang
Tetes keringat mengalir tak tertahankan

Perlahan menghilang dan tak kembali
Sesekali terlihat samar dan menyapa
Kemudian lenyap dan menghilang kembali
Rindu untuk dikenang dan mengenang

Hingga satu per satu daun jatuh dari batang pohon
Yang telah tumbuh menjadi besar dan berbuah manis
Ada yang tersisa tinggal beberapa
Mungkin akan jatuh juga secara perlahan
Melihat yang lain yang telah tiada
Tetapi pohon itu tetap tumbuh dan berbuah manis
Dan daunnya akan tetap berlubang bahkan layu dan terjatuh lagi
Lalu sang pohon menumbuhkan lagi menjadi daun yang berlubang
Berulang-ulang entah sampai kapan